KBRN, Roma: Kepala Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), Amy Pope, mengatakan jika dunia mulai capek pada perang di Ukraina. Dia menyorot pemangkasan kontribusi luar negeri yang dipegang Amerika Serikat memberikan ancaman usaha pelindungan juta-an orang terimbas perselisihan.
Pengakuan ini dia berikan saat interviu dengan Reuters, Jumat (11/7/2025). Interviu dilaksanakan satu hari sesudah pertemuan rekondisi Ukraina di Roma sukses galang lebih dari 10 miliar euro (Rp189,5 triliun) untuk menolong negara itu.
“Telah tiga 1/2 tahun semenjak perselisihan diawali, aku rasa lumrah bila disebutkan jika semuanya orang telah capek. Kami dengar hal tersebut bahkan juga dari masyarakat Ukraina yang tetap alami gempuran di beberapa kota mereka dan kerap kali sudah seringkali pindah,” katanya.
Menurut dia, salah satu tanggapan yang pantas pada keadaan ini ialah menggerakkan perdamaian. Tanpa perdamaian, keinginan kontribusi tidak pernah stop dan support pada masyarakat Ukraina terus akan turun.
Semenjak agresi Rusia diawali, Ukraina menjadi pusat kritis pengungsi paling besar di Eropa dalam era ini. Sekitaran 5,enam juta orang pindah ke luar negeri dan 3,delapan juta yang lain mau tak mau pindah dalam negeri.
Tetapi, kekuatan IOM dan tubuh-badan PBB yang lain untuk memberi respon makin terbatas karena kekurangan dana. Keadaan itu diperburuk pemotongan kontribusi luar negeri oleh AS dan perubahan konsentrasi permodalan beberapa negara dari pembangunan ke pertahanan.
Amy Pope menyebutkan jika IOM hadapi kekurangan dana sejumlah $1 miliar (Rp16,2 triliun) tahun ini. Dia mengingatkan jika pemotongan dana secara tiba-tiba bisa memunculkan resiko jelek, termasuk memacu gelombang migrasi baru.
“Tidak efektif apabila sudah memberikan kontribusi lantas pergi demikian saja,” katanya. Saat support disetop, beberapa orang condong beralih lagi, yang bisa membuat imbas negatif periode panjang.